Prosiding Seminar Ilmiah & Sarahsehan Persatuan Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia “ Peran Biokimia & Biologi Molekuler pada Era Post Millenium Development Goals”

UGM, Fakultas Kedokteran Prosiding Seminar Ilmiah & Sarahsehan Persatuan Biokimia & Biologi Molekuler Indonesia “ Peran Biokimia & Biologi Molekuler pada Era Post Millenium Development Goals”. In: Seminar Nasional.

[img] Text
Prosiding PBBMI 2015.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (8MB)

Abstract

Toksoplasmosis adalah suatu penyakit kosmopolitan akibat infeksi oleh Toxoplasma gondii. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena memiliki dampak sosial-ekonomi yang berkaitan dengan biaya perawatan penderita, retardasi mental, hidrosefalus, keguguran pada ibu hamil dan kerugian ekonomi pada peternak akibat keguguran pada hewan ternak. Toksoplasmosis juga penyakit yang mematikan pada penderita imunosupresif seperti AIDS. Toxoplasma gondii dapat ditemukan pada manusia, hewan mamalia dan unggas sebagai hospes antara. Kucing merupakan hospes definitif dari protozoa ini. Manusia terinfeksi akibat menelan ookista dari tinja kucing yang mencemari sayuran mentah, buah dan air, mengkonsumsi daging ternak yang mengandung kista dan dimasak tidak cukup matang, transmisi dari ibu ke janin melalui plasenta, transfusi darah dan pencangkokan organ. Faktor risiko yang diteliti yaitu jenis kelamin, usia, interaksi dengan kucing, keberadaan kucing, konsumsi daging setengah matang, konsumsi sayuran mentah, pekerjaan/aktivitas kontak dengan daging mentah, sumber air, pekerjaan/aktivitas kontak dengan tanah, kondisi geografis (elevasi, suhu, jarak dengan sungai). Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium dan survei, yaitu usaha pengumpulan informasi dari sebagian populasi yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut melalui pendekatan One Health. Metode untuk mendeteksi Toksoplasmosis menggunakan ELISA dengan protein rekombinan GRA-1 takizoit T. gondii isolat lokal sebagai antigen. Lokasi di DIY dan Jawa Tengah bagian selatan memiliki jumlah masing-masing sampel sebanyak 1050 (di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo) dan 630 (Kabupaten Purworejo, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo) yang dikumpulkan dengan menerapkan rancangan klaster dua tahap. Analisis statistik yang digunakan yaitu chi square (bivariat) dan overlay pada pemetaan. Hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa seroprevalensi toksoplasmosis di Provinsi DIY adalah 61,5%. Faktor risiko toksoplasmosis di Provinsi DIY yaitu jenis kelamin, kontak dengan kucing, elevasi, sayuran mentah di warung lesehan, pekerjaan kontak dengan daging mentah, dan pekerjaan/aktivitas kontak dengan tanah. Seroprevalensi toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan yaitu 62,54%. Distribusi keruangan toksoplasmosis Jawa Tengah bagian selatan dengan menggunakan SIG terlihat pengelompokan kasus di setiap wilayah yang terinfeksi toksoplamosis dan terjadi pula pada wilayah yang tidak ada kasus toksoplasmosis. Faktor risiko terjadinya kasus toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian selatan yaitu keberadaan kucing, pekerjaan/aktivitas kontak dengan daging mentah, sumber air, dan elevasi.

Item Type: Conference or Workshop Item (Keynote)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
Depositing User: Stikes Borneo Cendekia Medika
Date Deposited: 25 Oct 2020 02:04
Last Modified: 02 Nov 2020 03:26
URI: http://repository.stikesbcm.ac.id/id/eprint/95

Actions (login required)

View Item View Item